Sukses

Nia Daniati dengan Lagu Cengengnya yang Dicekal Orde Baru

Lagu Gelas-gelas Kaca membuat nama dan wajah cantik Nia sempat menyita perhatian publik

Liputan6.com, Jakarta Nia Daniati sepertinya bisa leluasa berbicara setelah memutuskan bercerai dengan Farhat Abbas. Kini, setelah berada dalam kekangan suaminya itu, Nia sempat akan berujar bakal kembali ke dunia hiburan.

Meski terbilang memegang label artis lawas dengan lagu-lagunya yang cengeng, Nia pun optimis akan tetap bisa diterima masyarakat. Selain itu, hal ini dilakukannya untuk melupakan Farhat Abbas yang kini memang sedang dekat dengan juru bicaranya Reggina.

Nia lahir di Jakarta, 17 April 1964. Penyanyi pop yang tenar di tahun 1980-an itu memang sudah menyanyi sejak kecil. "Aku nyanyi kan dari kecil. Sekarang mulai nyanyi lagi. Menyanyi tidak akan hilang dari jiwaku sampai kapanpun,”  ujar Nia

Saat itu, industri musik pop memang sedang diramaikan dengan lagu-lagu pop melankolis ciptaan Pance Pondaag, Obbie Messakh, dan  Rinto Harahap. Nama terakhir inilah yang berjasa mengorbitkan  nama Nia Daniati.

Dari sekian banyak lagu yang diciptakan Rinto untuk dibawakan Nia, yang paling populer adalah Gelas-gelas Kaca. Berkat lagu itu, nama dan wajah cantik Nia sempat menyita perhatian publik, bersanding dengan nama Dian Piesesha dan Betharia Sonatha.

Namun, karena dianggap tidak selaras dengan semangat rakyat dalam membangun negara, lagu-lagu melankolis dicap sebagai lagu cengeng dan dilarang diputar oleh Pemerintah  Orde Baru melalui  Menteri Penerangan,  Harmoko.

Beberapa lagu sempat menjadi fenomenal di masa itu, di antaranya lagu Gelas-Gelas Kaca dan Hati yang Luka yang dinanyikan oleh Betharia Sonata. Lagu yang berjudul Aku Masih Seperti yang Dulu, yang dinyanyikan Dian Piesesha itu bahkan terjual hingga 2 juta kopi. Angka yang sangat fenomenal untuk ukuran kaset rekaman pada masa itu. Setidaknya, Menteri Penerangan saat itu, yaitu Harmoko, melarang lagu itu diputar di TVRI dan RRI.

Dia menyebut lagu tersebut sebagai “ratapan patah semangat berselera rendah dan menghimbau agar lagu kelas krupuk dan cengeng seperti itu dihentikan penayangannya. Menteri memang tidak menyebut judul lagu maupun menunjuk contoh acara pembuat patah semangat tersebut. Tapi melihat keretakan rumah tangga yang terkesan cengeng tampil dengan kuat dari lagi Obbie Messakh dengan hati yang luka. Lagu ini sering muncul di TV yang dinyanyikan oleh berbagai penyanyi.

Kemudian disusul dengan lagu sejenis yang sejenis baik dalam bangunan musik maupun liriknya. Lagu bernada cengeng dituding oleh pemerintah melalui Deperteman Penerangan sebagai lagu yang melemahkan sekaligus mematahkan semangat dan tidak berjiwa pembangunan seperti yang didengung-dengungkan dalam jargon ekonomi pembangunan pada era orde baru.

Pernyatannya itu dilontarkan oleh Pak Menteri pada ulang tahun TVRI yang membuat industri lagu pop Indonesia mengalami kegoncangan sementara. “Dalam keadaan patah semangat dan cengeng, sulit mengajak orang untuk bekerja keras,” kata pak menteri kala itu.

Ada yang resah ada pula yang pasrah, Nia adalah salah satunya yang menurutnya apabila pelarangan itu baik dan masyarakat menganggap juga demikian, dirinya merasa tidak apa-apa. “Saya kan sekadar hanya membawakan lagunya," kata Nia

Meski demikian, lagu sedih semacam itu sudah terlanjur melekat di hati para peminatnya karena liriknya yang sederhana namun amat menyentuh siapa pun yang mendengarnya. Apalagi jika lagu itu didendangkan  Nia Daniati dengan penghayatan yang total.

Seiring dengan ketenaran yang diraih Nia, tawaran di luar dunia tarik suara pun perlahan mulai berdatangan, salah satunya dari bidang seni peran. Meski tidak memiliki pengalaman berakting, Nia tak menyia-nyiakan tawaran tersebut. Beberapa film dan sinetron pun dibintanginya, antara lain Buku Harian, Setetes Kasih di Padang Gersang, Nostalgia di SMA, Senyum Untuk Mama, dan Antara Dia dan Aku.

Bahkan di tahun 1980, berkat perannya dalam film Antara Dia dan Aku, nama  Nia Daniati berhasil masuk dalam daftar nominasi penerima penghargaan Aktris Terbaik dalam ajang Festival  film Indonesia. Meski gagal memboyong Piala Citra pertamanya, hal itu menjadi prestasi yang cukup membanggakan mengingat latar belakangnya yang bukan dari dunia seni peran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.