Sukses

Kurt Cobain dengan Kematiannya yang Masih Menjadi Misteri

Drama kematian Cobain berawal di tahun 1994, ketika Nirvana berada di Munich, Jerman.

Liputan6.com, Jakarta Kurt Donald Cobain, menjadi ikon musik alternatif terpenting di masanya. Sampai akhirnya, Kurt meninggalkan penggemar serta semua orang yang menyayanginya di puncak kesuksesannya bersama Nirvana. Cobain memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri dengan mengonsumsi banyak obat-obatan dan dibantu oleh sebuah pistol jenis revolver.

Kurt Cobain, yang merupakan aktor dibalik lahirnya musik Grunge ini, sebelumnya memang disinyalir bakal melakukan aksi bunuh diri berdasarkan statement-statementnya kepada press, dan juga berdasar ketergantungan dengan obat-obatan. Saat itu, Cobain memang sudah sangat kecanduan.

Ditambah tekanan-tekanan dari wartawan yang tak henti-hentinya membuntuti kehidupannya bersama istrinya, Courtney Love. Dirilisnya album kedua Nirvana, Nevermind justru memperparah keadaan, Cobain semakin menjadi sasaran ekspos pengumpul berita, Cobain pun semakin muak dengan keadaan yang dihadapinya.

Drama kematian Cobain berawal di tahun 1994, ketika Nirvana berada di Munich, Jerman. Cobain didiagnosa menderita bronchitis dan laryngitis yang parah. Ia diterbangkan ke Roma untuk menjalani perawatan, dan beberapa hari kemudian istrinya, Courtney Love megetahui bahwa Cobain mengalami overdosis karena mengonsumsi champagne dengan Rohypnol. Cobain langsung dilarikan ke rumah sakit dan berhari-hari tidak sadarkan diri.

Kemudian tanggal 18 Maret, Love menelepon polisi dan memberitahu bahwa suaminya mengurung diri di kamar dengan sebuah pistol bersamanya. Polisi berhasil menyita pistol dan beberapa botol berisi pil. Namun Cobain saat itu menyatakan bahwa ia tidak berusaha untuk melakukan tindakan bunuh diri, tetapi hanya sekadar bersembunyi dari istrinya.

Beberapa hari kemudian, Cobain setuju untuk melakukan detox berkat bujukan istri dan orang-orang yang dekat dengannya. Tanggal 30 Maret, Cobain berada di Exodus Recovert Center di Los Angeles, California. Di hari selanjutnya, Cobain melarikan diri dengan memajat pagar setinggi 6 kaki kemudian menaiki taksi dan menuju Los Angeles Airport dan kembali ke rumahnya di Seattle. Di rentang tanggal 2 sampai 3 April, Cobain terlihat di beberapa tempat di sekitar Seattle, namun kerabatnya tidak mengetahui kemana Cobain menghilang.

Selanjutnya pada tanggal 8 April 1994, seorang tukang listrik menemukan tubuh Cobain di rumahnya di Lake Washington ketika ia datang untuk melakukan pemasangan security system. Tukang listrik itu mengira Cobain sedang tidur sampai ia melihat sebuah revolver yang mengarah ke dagunya. Sebuah surat menjelang kematian juga berada bersamanya.

Di awal surat, terdapat kata-kata “To Boddah”, yang merupakan nama teman imajinasi Cobain semasa kecil. Kemudian Cobain juga mengutip lirik lagu Neil Young yang berjudul “My My, Hey Hey (Out of the Blue)” : “It’s better to burn out than to fade away”. Selain itu, punggawa band Queen, Freddy Mercury juga disebut-sebut sebagai pembanding dirinya dalam hal mencintai dan menghargai para penggemar.

Cobain diperkirakan telah meninggal tiga hari sebelum jenazahnya ditemukan, tepatnya tanggal 5 April 1994. Konsentrasi tinggi dari heroin dan Valium juga ditemukan dari tubuhnya. Tentu saja drugs yang dikonsumsinya saat itu juga berkemungkinan menjadi penyebab meninggalnya ayah dari seorang anak bernama Frances Bean Cobain ini.

Berbagai spekulasi bermunculan menyusul kematian Cobain, ada yang mengatakan bahwa Cobain sebenarnya dibunuh oleh orang lain, bahkan Courtney Love disebut-sebut sebagai pelakunya yang melakukan balas dendam kepada Cobain yang sebelumnya mengungkapkan rencana perceraian.

Orang yang paling percaya akan adanya konspirasi dalam kematian Kurt Cobain adalah Tom Grant, seorang investigator yang disewa oleh Courtney Love untuk mencari Cobain yang sebelumnya kabur dari tempat rehabilitasi. Grant masih bekerja untuk Love ketika jasad Cobain ditemukan, sehingga ia diberikan akses untuk menganalisis surat kematian tersebut.

Dia percaya bahwa surat itu bukanlah sebuah surat kematian, tetapi surat yang menyatakan keinginannya untuk meninggalkan dunia musik, Seattle, dan bahkan istrinya. Ia juga berspekulasi tentang beberapa baris tulisan di bagian paling bawah bukanlah tulisan Cobain yang sebenarnya, dengan alasan beberapa baris itu memiliki gaya penulisan yang berbeda dengan tulisan-tulisan di atasnya.

Langkah Grant selanjutnya adalah mengirimkan photocopy surat kematian itu kepada empat orang ahli tulisan tangan. Hasilnya adalah, satu orang menyatakan bahwa surat itu keseluruhannya ditulis oleh tangan Cobain sendiri, sedangkan tiga orang lainnya menyatakan bahwa sample yang dikirimkan tidak dapat disimpulkan, karena berupa photocopy dari surat aslinya.

Sekitar tujuh ribu orang berkumpul di taman Seattle Center mengiringi pemakaman Kurt Cobain pada tanggal 10 April. Berduka akan kematian seorang bintang rock yang mengubah dunia musik di tahun 90an itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.