Sukses

Tamara Bleszynski Jadi Mualaf dan Toleransi Beragama Keluarganya

Saat sekolah di Australia, dirinya sudah mulai mempelajari Islam.

Liputan6.com, Jakarta
Tamara Bleszynski lahir dari seorang ayah beragama Katolik dan ibu yang beragama Islam. Di usia remajanya, Tamara memang memberikan perhatian kepada agama Islam. Saat sekolah di Australia, dirinya sudah mulai mempelajari Islam.

"Ketertarikan saya pada agama Islam, juga terpaut pada sisi ketaatan pemeluknya. Hal semacam ini menurut saya jauh berbeda dibanding dengan keyakinan saya yang lama. Saya juga penasaran dengan gambaran sosok Tuhan dan nabi dalam Islam. Saya mengamati, dalam agama lain, sosok Tuhan dan nabi digambarkan secara konkret. Walau pun demikian Tuhan dan Nabi sangat dekat dengan mereka, lebih dekat dari urat leher manusia," ujar Tamara.

Sampai akhirnya rasa ketertarikan dan penasaran itu membuat Tamara banyak mempelajari buku-buku tentang Islam. Selain itu, Tamara juga mempelajari kitab suci Al-Qur'an.

"Ternyata ajaran-ajaran Al Kitab itu ada juga dalam Al-Qur'an, seperti kisah Nabi Isa. Namun Al-Qur'an lebih komplit, dan sisi pandangannya berbeda dengan keyakinan yang selama ini saya anut. Setelah melalui proses pengamatan dan belajar selama beberapa bulan, akhirnya saya putuskan untuk memeluk agama Islam," ujar Tamara.

Tamara pun sempat mengonsultasikan keinginannya itu kepada kedua orangtuanya. Sambutan yang baik pun diterima Tamara dari orangtuanya.

"Keputusan itu membuat mama bahagia. Mama menyambut baik keputusan saya itu. Papa pun tak menghambat niat baik saya itu. Beliau memahami keputusan saya. Keluarga kami memang sangat demokratis,"ujarnya.

Meski seorang Katolik, ayah Tamara memang sudah lama tinggal di Indonesia dan memahami budaya kaum muslim. Tamara pun bercerita soal toleransi sang ayah kepada masyarakat muslim di sekitar tempat tinggalnya.

"Papa sering menyumbang untuk pembangunan masjid, dan pada bulan puasa papa suka menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Hal inilah yang membuat saya bangga kepada papa," cerita Tamara.

Menjadi seorang mualaf bagi Tamara tidak mudah begitu saja dijalaninya. Apalagi dirinya harus banyak mempelajari mengenai agama barunya. "Awalnya saya akui cukup berat melakukan penyesuaian dengan agama baru itu. Berbagai cara saya lakukan untuk mempelajari Islam, terutama shalat. Antara lain membaca berbagai buku yang berisi tuntunan shalat," ujar Tamara

Tamara pun bercerita soal kegiatannya dalam mempelajari tata cara shalat. Saat itu dirinya sempat menggunakan tape recorder dan earphone untuk diperdengarkan sambil shalat. "Tak sampai satu bulan saya sudah hafat semua bacaan dan gerakan shalat. Alhamdulillah, saya sudah dapat menjalankan shalat lima waktu," kenangnya.

Setelah menjadi mualaf, Tamara pun menceritakan perubahan-perubahan yang dialaminya. Salah satunya adalah soal rezeki. "Saya merasa rezeki yang diberikan Allah SWT setelah masuk Islam, lebih memadai. Inilah yang patut saya syukuri. Dan terbesar yang saya dapatkan adalah jodoh yang sesuai dengan doa saya selama ini," ujarnya.

Tak hanya soal rezeki yang menurutnya mengalami perubahan, Tamara juga meminta doa agar dirinya bisa mendapat jodoh yang bisa menuntunnya dalam mempelajari Islam.

"Saya berdoa agar dapat jodoh yang seiman dan mampu membimbing saya dalam beragama. Ternyata Allah mengabulkan doa saya. Saya mendapatkan seorang pemuda muslim dari keluarga keturunan Arab-Aceh. Namanya Teuku Rafli Pasha," pungkasnya.(Adt/Rul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.