Sukses

Mengenal 4 Film Pertama di Indonesia

Industri Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Dan berikut, kami hadirkan empat film pertama yang terlahir di Tanah Air ini.

Liputan6.com, Jakarta Liputan6.com, Jakarta Tak kalah dengan Hollywood, industri Perfilman Indonesia juga memiliki sejarah yang panjang dan bahkan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an.

Nah, guna meningkatkan rasa cinta kita pada perfilman nasional, ada baiknya untuk kembali mengingat jejak-jejak pertama dari industri tersebut, termasuk  empat film pertama mereka berikut ini:

Mengenal 4 Film Pertama di Indonesia

Loetoeng Kasaroeng  (1926)

Film bisu Loetoeng Kasaroeng merupakan film pertama yang tercipta di Tanah Air, tepat di tahun 1926 di saat nama Indonesia belum ada dan masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, sebutan untuk wilayah koloni Belanda.

Disutradarai oleh seniman belanda L. Heuveldorp, film ini mengisahkan tentang seorang putri bernama Purbasari yang jatuh cinta seekor lutung.

Konon, meskipun naskahnya dibuat oleh orang Belanda, film yang penggarapannya dibantu Sinematografer G. Kruger ini tetap setia pada  legenda aslinya yang masih terus diceritakan hingga saat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Eulis Atjih

Eulis Atjih (1927)

Setelah berpartisipasi sebagai sinematografer di film Loetoeng Kasaroeng, seniman berdarah Indo (Eropa-Indonesia) G. Kruger akhirnya memberanikan diri untuk menggarap film pertamanya di tahun 1927 lewat judul Eulis Atjih.

Film ini berkisah tentang seorang wanita bernama Eulis Atjih yang ditinggal selingkuh oleh sang suami yang kaya raya. Yang menarik, ketika diluncurkan pada 1928, film itu sudah memakai nama Indonesia yang baru saja diresmikan melalui peristiwa Sumpah Pemuda di tahun tersebut.

3 dari 4 halaman

Lily Van Java

Lily Van Java (1928)

Lily Van Java dikenal sebagai film tionghoa pertama di Tanah Air.

Disutradarai oleh Nelson Wong, film ini bercerita tentang seorang gadis yang menderita karena dijodohkan kedua orangtuanya. Konon, menurut wartawan Leopold Gan, karya yang juga dikenal dengan judul Melatie van Java ini sempat jadi tontonan wajib selama bertahun-tahun karena alur ceritanya yang menarik.

Namun, beberapa waktu kemudian, apa yang diucapkan oleh wartawan tersebut langsung mendapat bantahan dari beberapa pihak. Termasuk  oleh salah  satu saudara kandungnya, Joshua Wong yang menyebut film ini gagal di pasaran.

4 dari 4 halaman

Darah dan Doa

Darah dan Doa (1950)

Darah dan Doa jelas bukan film pertama yang dibuat di Tanah Air. Tapi, film bertema perjuangan ini merupakan salah satu pilar penting di Industri film Nasional karena digarap oleh sutradara asal indonesia, Usmar Ismail.

Bahkan, dengan statusnya sebagai film Indonesia pertama yang dibuat setelah berakhirnya perang Kemerdekaan, tanggal syuting pertama dari film ini sampai dikenang sebagai Hari Film Nasional yang disahkan oleh Keppres Nomor 25/1999 dan dirayakan hingga sekarang. 

Mengisahkan perjalanan panjang (long march) prajurit RI, yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula, dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kapten Sudarto (Del Juzar). Ditunjukkan ketegangan sepanjang jalan dan dalam menghadapi serangan udara dari musuh, Belanda. Juga ketakutan dan penderitaan lainnya. Tak ketinggalan disinggung adanya pengkhianatan. Perjalanan diakhiri dengan telah berdaulat penuhnya Republik Indonesia pada 1950. Kisah ini disajikan dalam bentuk narasi. Fokusnya pada Kapten Sudarto yang dilukiskan bukan bagai "pahlawan", tapi sebagai manusia. (Feb/Ade)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.