Sukses

Project Almanac, Pengalaman Seru Remaja Pencipta Mesin Waktu

Project Almanac mengusung konsep film rekaman handheld yang dipadu dengan genre fiksi ilmiah bergaya remaja.

Liputan6.com, Los Angeles Konsep film found footage atau rekaman handheld yang ditemukan, biasanya selalu mengusung genre horor. Namun berbeda dengan Project Almanac. Di sini, kita akan menemukan kalau konsep found footage juga bisa diusung ke dalam sebuah film berjenis fiksi ilmiah.

Dean Israelite selaku sutradaranya adalah nama yang tergolong baru di dunia sinema. Akan tetapi, ia cukup baik dalam membawa film ini ke tahapan baru dalam genre science fiction walaupun aktor serta aktrisnya harus berperan sebagai anak remaja yang beranjak dewasa.

Menengok kisahnya, Project Almanac bermula dari sekelompok anak muda yang merupakan siswa sekolah menengah dengan ketertarikan tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu dari mereka, David Raskin (Jonny Weston) memiliki kecerdasan luar biasa hingga membuat banyak penemuan-penemuan canggih.

Namun di sisi lain, David dan adik perempuannya, Christina (Virginia Gardner) yang selalu merekam kegiatan mereka, terpaksa harus mengikuti keputusan sang ibu yang ingin menjual rumah mereka agar David bisa melanjutkan kuliahnya di universitas ternama.

Merasa kesal karena beasiswa yang ia ikuti tidak membantu biaya kuliahnya secara penuh, David lalu membongkar gudang rumah mereka hingga ditemukanlah sebuah rekaman di hari ulangtahunnya yang ketujuh. Di rekaman video itu, terdapat sebuah kejanggalan. David dari masa kini terlihat di pantulan sebuah kaca. Padahal, ia dan teman-temannya masih sangat kecil waktu rekaman itu terjadi.

Mencoba memecahkan misteri bersama bantuan dua teman dekatnya, Adam Le (Allen Evangelista) dan Quinn Goldberg (Sam Lerner), David bersama Christina pun menemukan ruang bawah tanah peninggalan sang ayah. Dari situ, mereka menyadari bahwa ada sebuah elemen ciptaan ayahnya yang mampu membawa mereka ke masa lalu.

Akhirnya sebuah eksperimen bernama Project Almanac pun dilakukan oleh David dan kawan-kawannya. Sebelum melakukan proyek pertama, tiba-tiba ada sebuah kejadian yang memaksa David harus menerima tawaran gadis pujaannya, Jessie Pierce (Sofia Black D'Elia) untuk ikut ke dalam proyek tersebut.

Setelah sukses menjelajah satu hari yang lalu bersama-sama, mereka berlima pun melakukan hal-hal melelahkan sekaligus menyenangkan dengan cara mengulang sambil memperbaiki masa lalu yang terlewatkan. Setelah kembali ke masa kini, banyak perubahan luar biasa yang tak terduga.

Sayangnya, keindahan mereka itu harus berganti menjadi berbagai sebuah masalah karena adanya satu masalah kecil. David pun merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki semuanya. Namun, apa daya niatnya itu harus dibayar dengan sebuah pengorbanan agar dirinya dari masa lalu bisa lebih baik di masa kini.

Halaman Selanjutnya >>

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keseluruhan Project Almanac

Melirik kualitas filmnya, banyak unsur dalam Project Almanac yang sangat mirip dengan beberapa judul hasil garapan Michael Bay. Maklum, sang sutradara Transformers itu duduk di bangku produser dan kemungkinan besar ia turut ikut campur hal-hal teknis di dalamnya.

Salah satu keunggulan yang ditonjolkan di Project Almanac adalah berbagai macam teori fisika, matematika, hingga fenomena dan gejala alamiah misterius seperti rentetan kejadian besar karena satu hal kecil yang masih menjadi misteri. Semuanya dijelaskan dengan cukup baik.

Momen seru dalam film ini juga terlihat saat cerita film berlangsung di tengah suasana konser besar Lollapalooza. Ada juga pengulangan-pengulangan ala Edge of Tomorrow, Source Code, maupun Looper yang dikemas secara kocak dan seru ala film-film drama komedi remaja.

Sayangnya, film ini memiliki cukup banyak hal-hal fundamental yang tidak ditata secara baik dan rapi. Salah satunya adalah akting para pemain yang kurang mengigit, alur cerita yang terkesan terlalu tiba-tiba, ketegangan yang dibuat terlalu sederhana, serta beberapa poin yang masih menggantung di awal dan tengah film.

Sementara untuk efek visual film ini, boleh kita acungi jempol. Akan tetapi, lagi-lagi kekurangan teknis muncul dari segi penataan kamera yang memberikan kesan kurang alamiah. Barangkali banyak yang menganggap rapinya posisi kamera di beberapa suasana yang sulit menjadi suatu hal yang sangat tidak masuk akal.

Di lain pihak, tekad anak-anak muda dalam membuat teknologi canggih termasuk mesin waktu, diharapkan mampu menginspirasi para remaja kita untuk menumbuhkan minat terhadap teknologi, terlepas dari berbagai budaya Barat yang mungkin terkesan tabu di Tanah Air. Solidaritas David dan kawan-kawan pun patut dicontoh oleh anak-anak muda kita.

Sehingga, bagi yang ingin menyaksikan tontonan seru di akhir pekan, sudah selayaknya Project Almanac menjadi incarannya. Terutama bagi Anda yang masih berusia remaja dan belia, rasanya film ini patut disaksikan bersama teman-teman. Siapa tahu ada inspirasi mengalir setelah menontonnya. (Rul/Feb)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini