Sukses

Bioskop Lama-lama Bakal Ditinggal Orang?

Apakah generasi yang lebih akrab dengan komputer tablet dan telepon genggam bakal sering ke bioskop?

Liputan6.com, Jakarta Saya ingat perbincangan saya dengan Ronny P. Tjandra, seorang distributor film dan pemilik Ezy Mata, tahun lalu di sebuah acara. Ronny selalu antusias bila diajak bicara film. Dan topik perbincangan kami waktu itu adalah masa depan sinema.

Saya ingat dia bilang begini, "Masa depan sinema itu bukan di bioskop, layar lebar. Tapi di layar kecil." Maksudnya, yang saya tangkap, lama-lama orang tak lagi akrab untuk menonton film ke bioskop. Orang bakal terbiasa menonton film di mana saja, bahkan dari layar telepon genggam yang kecil.

Ada fakta lain yang menarik. Sejak tahun 2012, studio film Disney mengubah nama mereka di setiap film yang mereka distribusikan dari "Walt Disney Pictures" menjadi hanya "Disney".

Suasana di dalam bioskop saat film Doraemon akan diputar, Blitz Megaplex, Jakarta (13/12/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Artinya, sejak tahun itu di awal film-film mereka, kita tak lagi melihat tulisan panjang "Walt Disney Pictures" memenuhi layar. Cukup kata "Disney" saja.

Dari telusuran di dunia maya, saya mendapati alasan di balik perubahan itu untuk menyikapi perubahan berbagai platform pemutar film saat ini. Jika di masa lalu film hanya diputar di bioskop lalu di TV lewat pemutar video atau cakram DVD, kini film juga diputar di layar-layar yang lebih kecil ukurannya seperti laptop, tablet maupun telepon genggam. Tulisan "Walt Disney Pictures" dirasa terlalu panjang dan memenuhi layar.

Foto Ilustrasi (www.littlepim.com)

Ya, teknologi masa kini memungkinkan kita menonton film tak hanya di bioskop atau layar TV. Di Amerika ada layanan video streaming berbayar Netflix yang memungkinkan orang nonton film dari layar komputer atau laptopnya. Kehadiran Youtube mengubah budaya nonton orang, dari memantengi layar TV jadi layar komputer.

Kemudian, komputer pun kian canggih, lahir komputer tablet yang juga memungkinkan pemakainya nonton video di Internet dengan nyaman. Lalu, telepon genggam semakin pintar. Video juga kian nyaman ditonton di layar handphone yang kecil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Solusi Agar Orang Terus ke Bioskop

Solusi Agar Orang Terus ke Bioskop

Dengan segala kondisi di atas kemudian lahir generasi yang tak pernah mengenal bioskop. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang sejak kecil diajak ke bioskop oleh orangtuanya, anak kecil generasi sekarang lebih akrab dengan layar handphone atau tablet sebagai hiburan tontonan.

Nonton film bioskop bagi generasi ini mungkin terasa asing.

Hal ini juga disadari oleh para petinggi studio dan pemilik bioskop di Amerika Serikat. Saat ini, seperti diwartakan Variety, Senin (20/4/2015), mereka tengah menggelar konferensi bertajuk CinemaCon di Las Vegas.

Kepala distribusi Disney Dave Hollis dan Fernando Evole, CEO Yelmo Cines sebuah jaringan bioskop mengungkapkan kekhawatiran mereka atas generasi mendatang yang mungkin tak mengenal bioskop.

Kepada khalayak konferensi, Evole memperlihatkan bioskop yang diantre orang-orang tua berambut putih. "Saya rasa mereka takkan menghasilkan uang bagi kita di tahun-tahun mendatang," kata Evole yang memiliki jaringan bioskop di Spanyol. Sementara itu, Hollis mengatakan musuh bioskop saat ini adalah telepon genggam yang kian disukai anak-anak zaman sekarang.

Bagi seorang pecinta film, kegiatan menonton film adalah sesuatu yang sangat sakral karena film adalah tempat keajaiban-keajaiban terjadi.

Hollis juga menambahkan, dari data lima tahun terakhir kunjungan penonton ke bioskop turun untuk pengunjung berusia 18 hingga 39 tahun. Artinya, penonton muda kian menjauhi bioskop.

Dari data dua dekade lalu, tahun 1995, saat VHS masih mendominasi, penghasilan utama studio Hollywood dari dalam negeri sendiri. Sekarang berbalik, penghasilan utama Hollywood 70 persen dari pasar luar negeri dan kini orang terbiasa menonton film dari situs video streaming.

Solusi dari pihak studio dan bioskop, sebagaimana disampaikan Hollis dan Evole, menawarkan pengalaman menonton yang tiada tandingan di bioskop. Kini bioskop memang kian canggih dengan tata suara menggelegar, film-film 3D, Imax, serta bioskop yang kian nyaman.

Hollis mengatakan, tidak ada perangkat mobile "yang bisa mengganti perasaan hebat saat menonton Star Wars atau Avatar atau The Hunger Games di layar lebar."

Namun yang lebih penting pula, selain bioskop yang kian canggih dan nyaman, yang tak kalah penting adalah peran orangtua untuk mengenalkan anak-anak mereka ke bioskop.* (Ade)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini