Sukses

Cinema 21 Terus Tambah Bioskop di Indonesia

Di antara 20 lokasi yang akan hadir pada 2015, tiga di antaranya di kota yang belum terdapat bioskop.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan penyedia jasa tontonan film di bioskop, Cinema 21 terus melakukan ekspansi. Saat ini, selain akan hadir di 20 lokasi pada 2015, Cinema 21 juga akan terus menambah layar. “Kami berkomitmen menghadirkan 1.000 layar di Indonesia pada akhir 2017,” kata Catherine Keng, Corporate Secretary Cinema 21 saat buka bersama dengan wartawan baru-baru ini.
 
Di antara 20 lokasi yang akan hadir pada 2015, tiga di antaranya di kota yang belum terdapat bioskop. Yaitu di Palu, Singkawang dan Lombok. “Yang segera akan dibuka adalah di kota Palu, yaitu tanggal 10 Juli,” lanjut Catherine Keng.
 
Di kota tersebut, Cinema XXI hadir di Grand Mall Palu. Lengkap dengan teater Deluxe dan The Premiere. Dengan dibukanya Cinema XXI di kota Palu, tentu menjadi kabar gembira bagi para pecinta film di kota tersebut, yang selama ini sulit menjangkau film-film bioskop. Cinema XXI akan menjadi bioskop multiplex pertama di kota Palu.
 
Dengan dibukanya Cinema XXI di kota Palu pada tgl 10 Juli nanti, jumlah bioskop Cinema XXI mencapai 796 layar di 148 lokasi di 34 kota.
 
Secara keseluruhan, lanjut Catherine Keng, dengan dibukanya 7 layar di Palu nanti, maka jumlah layar di Indonesia akan mencapai 1.036 layar.
 
Jumlah tersebut tentu sangat positif. Karena merupakan salah satu indikasi, kian bergairahnya industri bioskop di Tanah Air. “Ini merupakan perkembangan yang positif dan sehat. Cinema 21 menyambut baik dengan terus bertambahnya jumlah bioskop oleh Cinema XXI maupun non-XXI. Kami yakin, dengan terus bertambahnya bioskop, maka akan menumbuhkan movie-going habit” imbuh Catherine Keng.
 
Begitu pun yang tak kalah penting, lanjut Catherine, bahwa gairah tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas film yang akan disajikan. Dalam hal ini, film-film yang hadir harus sesuai dengan minat/harapan penonton. “Karena penonton tidak bisa didikte. Penontonlah yang menentukan, film apa yang akan ditonton. Film itu persoalan selera,” lanjut Catherine Keng.
 
Terkait perkembangan film nasional, menurut Catherine, tahun ini merupakan tahun yang cukup berat bagi perfilman Indonesia karena di tahun 2015 belum ada film Indonesia yang menembus 1 juta penonton. Menurut Catherine, dengan digitalisasi film membuat biaya produksi film cukup rendah, makin banyak orang berbondong-bondong bikin film. Sehingga munculah film yang kualitasnya kurang terjaga dan membuat penonton hilang kepercayaan untuk menonton film Indonesia.
 
Jadi, persoalan kualitas, memang menjadi salah satukunci untuk menggairahkan perfilman nasional. Jika di satu sisi, industri bioskop sudah mengalami pertumbuhan menggembirakan, di sisi berbeda hendaknya para film maker juga harus meningkatkan mutu film yang dibuat. Pertumbuhan jumlah layar adalah kesempatan dan ruang yang harus diisi, dan kualitas adalah jawabannya. “Jangan kecewakan penonton. Karena sekali kecewa perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan penonton,” pungkas Catherine Keng.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.