Liputan6.com, Tokyo Anime selama ini telah menjadi salah satu jenis hiburan bagi masyarakat Jepang yang telah menjadi budaya tersendiri. Kehadiran berbagai judul anime yang sebagian besar diadaptasi dari manga, telah menghiasi banyak layar kaca maupun layar lebar.
Tak hanya itu, kepopuleran anime bahkan telah merasuk ke jutaan mata penonton dan pemirsa di seluruh dunia. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang tak luput dari pesona anime hingga banyak melahirkan fans berat judul-judul tertentu.
Baca Juga
Terungkap Pengakuan Akira Toriyama Kreator Dragon Ball yang Membuatnya Merasa Malu Sebelum Meninggal Dunia
Sebelum Meninggal, Akira Toriyama Pengarang Dragon Ball Pernah Terinspirasi Bali sebagai Lokasi Cerita Turnamen Bela Diri
Selain Dragon Ball, Ini 5 Karya Mendiang Akira Toriyama yang Meledak di Pasaran
Advertisement
Sejak zaman Voltes V, Doraemon, Sailor Moon, Rurouni Kenshin, Detective Conan, hingga Naruto, One Piece, dan Attack on Titan, fans di tanah air telah menjadi bagian dari pecinta anime di luar Negeri Sakura.
Namun perlu diketahui juga, ternyata untuk bisa menembus pasar dunia, satu judul anime harus memiliki syarat-syarat tertentu. Pasalnya, ada beberapa judul yang memang tak terlalu populer di luar Jepang meskipun laris di negeri asalnya.
Berdasarkan analisis Anime News Network melalui sebuah pertanyaan pembaca, ternyata ada beberapa faktor yang membuat satu anime populer hingga ke seluruh penjuru dunia.
Sebagai tambahan, lima faktor yang disebutkan nanti, mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan atau inspirasi bagi komikus Indonesia untuk membawa karyanye ke kancah internasional. Lantas, apa sajakah itu? Simak selengkapnya di bawah ini.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Harus Bisa Menyentuh Orang-orang di Luar Jepang dan Mengandung Unsur Laga
1. Harus Bisa Menyentuh Orang-orang di Luar Jepang
Tentunya pada poin pertama ini, sebuah anime yang sukses tidaklah harus memasukkan segala macam unsur Jepang di dalamnya. Memang masuk akal, mengingat beberapa judul populer justru memiliki genre fantasi dan fiksi.
Sebut saja One Piece yang berkisah mengenai dunia bajak laut di dunia antah berantah, maupun Dragon Ball yang lebih menampilkan berbagai unsur budaya di dalamnya.
Advertisement
Namun pengecualian bagi Rurouni Kenshin (Samurai X) yang bertempat di era Restorasi Meiji serta Naruto yang berpusat pada aksi para Ninja. Meskipun begitu, kedua judul tersebut dikemas sedemikian rupa hingga mampu menyentuh penonton luar Jepang.
Memang jika kita melihat beberapa judul anime yang terlalu kental dengan unsur budaya Jepang, terlebih yang terlalu realistis, banyak yang akhirnya ditinggalkan fans di tengah cerita meskipun awalnya menarik untuk diikuti.
2. Harus Mengandung Unsur Laga
Genre sebuah anime juga menjadi faktor penting untuk bisa menembus pasar internasional. Mungkin beberapa yang berjenis komedi, olahraga, serta drama politik, romantis, sosial, dan sebagainya mampu meraih penghargaan. Akan tetapi belum tentu anime tersebut laris di seluruh dunia.
Dari yang kita lihat, berbagai anime dengan unsur laga justru memiliki poin lebih banyak dalam hal jumlah pemirsa. Jika kita melirik anime populer yang pernah tayang di Indonesia seperti Saint Seiya, Samurai X, Dragon Ball, Bleach, hingga Naruto, semuanya memiliki syarat tersebut.
Tak hanya Indonesia, ternyata seluruh dunia pun tak bisa berbohong kalau jenis anime laga tetap yang paling menghibur dan tak membosankan, karena pemirsa tak perlu memutar otak. Akan tetapi, kasus ini pengecualian bagi Detective Conan atau Kindaichi yang memang dikemas secara apik dalam menyuguhkan misteri.
Advertisement
Harus Mengurangi Unsur Mesum dan Menarik Bagi Pemirsa Berbagai Usia
3. Harus Mengurangi Unsur Mesum
Tak bisa dipungkiri kalau hal-hal berbau mesum dan agak porno telah menjadi bagian dari sejarah anime. Akan tetapi, kendalanya adalah ketika anime masuk ke negara yang menjunjung tinggi budaya 'ketimuran'.
Misalkan saja anime seperti Ranma 1/2 yang mengandung banyak unsur mesum tentu tak akan diterima di negara timur tengah. Bahkan di Indonesia saja, isu pornografi dalam anime menjadi salah satu hal yang disorot oleh KPI.
Advertisement
Terlebih lagi, anime yang laris terbukti harus bisa diterima oleh anak-anak, remaja, serta pemirsa yang bukan otaku (fans berat anime, manga, dsb). Setidaknya, unsur kekerasan belum menjadi isu yang krusial bagi remaja karena orangtua bisa membicarakannya.
Namun untuk pornografi.... Andai seorang anak sudah menyaksikannya, maka efeknya bisa berkepanjangan. Apalagi, ada label dosa terhadap pornografi bagi para pemirsa yang relijius. Tak terlalu sulit untuk menemukan anime sukses tanpa hal-hal mesum. Sebut saja Attack on Titan, Hikaru no Go, atau Slam Dunk.
4. Harus Menarik Bagi Pemirsa Berbagai Usia
Pada poin ini, setidaknya sebuah anime harus memiliki unsur-unsur yang menarik minat anak-anak hingga dewasa. Sebut saja Doraemon, Digimon, Pokemon, Yu-Gi-Oh!, atau judul-judul Studi Ghibli seperti Spirited Away dan My Neighbor Totoro.
Bahkan, beberapa judul franchise berjenis robot seperti Macross dan Gundam pun memiliki cerita yang bisa dinikmati orang dewasa, namun menyajikan pertempuran yang cukup menarik dan aman bagi anak-anak.
One Piece pun hingga kini masih tetap digemari oleh orang dewasa dan tetap menarik minat anak-anak. Beberapa judul berjenis olahraga juga tak dipungkiri mampu menjangkau segala usia.
Harus Dianggap Bagus
5. Harus Dianggap Bagus
Barangkali poin terakhir ini tak perlu dibahas terlalu bertele-tela lagi. Tentu saja kualitas menjadi satu pokok penting bagi anime untuk bisa diterima di seluruh dunia.
Tak cuma tampilan visual, sebuah anime pun harus memiliki cerita, watak karakter, dan unsur-unsur tertentu yang membuat para pemirsa penasaran dan sayang untuk melewatkan episode selanjutnya. Untuk sebuah film pun, satu anime harus memiliki klimaks yang mampu membuat penonton bertepuk tangan.
Advertisement
Tentunya, semua penilaian bagus cenderung relatif dan itu semua tergantung kepada kebutuhan masyarakat dalam mencari hiburan. (Rul/Feb)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement