Sukses

Cerita Seram di Balik Lagu-Lagu Ini Bikin Merinding

Di balik tenarnya lagu-lagu ini, ada kisah seram dan tragis yang ada di baliknya.

Liputan6.com, Jakarta - Kadang sebuah lagu menjadi terkenal bukan hanya karena musiknya, tetapi juga cerita di baliknya. Selalu ada kisah yang bisa dibahas di balik lagu-lagu tadi. Entah itu pengalaman pribadi atau cerita dari orang lain.

Ada pula kisah yang bukan merupakan bagian dari lagunya, melainkan mitos-mitos yang mengelilingi lagu tersebut yang membuat sebuah lagu terkenal.

Di lagu-lagu berikut ini, ada misteri-misteri yang menyelimuti lagunya. Ada yang fakta, ada yang belum terungkap, atau mungkin hanya isapan jempol belaka. Yang pasti bisa membuat kita bergidik.

Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian artikel yang dibuat Liputan6.com untuk menyambut Halloween.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. "Gloomy Sunday" (1933)

Lagu muram ini pertama kali dibuat oleh komposer asal Hungaria bernama Rezs Seress pada 1933 dengan judul asli "Vége a világnak" yang memiliki arti dunia telah berakhir. kemudian lagu ini dibawakan oleh banyak penyanyi hingga yang paling terkenal adalah versi dari penyanyi jazz Billie Holiday. Pertama kali menggunakan judul "Gloomy Sunday" saat pertama kali dinyanyikan dalam bahasa Inggris pada 1936 silam oleh musikus Hal Kemp, dengan lirik yang ditulis Sam M. Lewis.

Ada kisah seram yang menyelimuti lagu ini. Di era 1930an hingga 40an, sejumlah media massa melaporkan setidaknya ada 19 belas kasus bunuh diri terjadi di Hungaria dan Amerika Serikat diakibatkan oleh lagu "Gloomy Sunday."

Di era 30-40an, sejumlah media massa melaporkan setidaknya ada 19 belas kasus bunuh diri terjadi di Hungaria dan Amerika Serikat.

Walaupun tak pernah ada bukti nyata mengenai hubungan lagu ini dengan kasus-kasus bunuh diri tersebut, sejumlah stasiun radio di Amerika Serikat sempat dikabarkan memboikot lagu ini. Lalu BBC sempat memboikot lagu ini dengan alasan menjatuhkan semangat, di mana saat itu memang sedang dalam masa perang.

Naasnya pada Januari 1968, sang pencipta lagu Rezs Seress berencana bunuh diri dengan melompat dari jendela apartemennya, tetapi masih bisa diselamatkan. Lalu ia tetap memaksa bunuh diri dengan mencekik lehernya menggunakan kawat hingga tewas.

3 dari 4 halaman

2. Led Zeppelin - "Stairway To Heaven" (1971)

Nomor legendaris milik Led Zeppelin ini punya mitos yang kental yakni memiliki pesan terselubung. Konon jika lagu ini diputar terbalik, maka akan terdengar pesan satanik berupa puja-puji untuk iblis.

Seperti di bagian lirik "If there's a bustle in your hedgerow, don't be alarmed now.." yang ketika diputar terbalik maka akan terdengar "Here's to my sweet Satan, I sing because I live with Satan."

Pihak Led Zeppelin sendiri hanya membiarkannya dan menganggap itu semua adalah hal bodoh.

Setelah bubarnya Led Zeppelin, Jimmy Page memang masih produktif dalam bermusik.

Namun gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page, memang dikenal tertarik akan hal-hal okultisme. Ia memiliki simbol "Zoso" yang diambil dari lambang sihir dari abad ke-16. Jimmy Page juga pernah menghuni rumah peninggalan tokoh okultisme tersohor Aleister Crowley.

4 dari 4 halaman

3. Manic Street Preachers - Kevin Carter (1996)

Tidak ada kisah yang seram di lagu ini, melainkan kisah tragis. Band rock alternatif asal Wales, Manic Street Preachers, membuat lagu berjudul "Kevin Carter" yang mengisahkan seorang fotografer dengan nama tersebut.

Kevin Carter adalah seorang jurnalis foto asal Afrika Selatan yang tewas bunuh diri akibat sebuah foto jepretannya. Di tahun 1993, Kevin Carter pergi ke Sudan, Afrika, untuk meliput perang dan kelaparan yang melanda negara itu.

Ketika berada di dekat penampungan PBB, ia menyaksikan seorang gadis kecil sedang merangkak kelaparan, di belakangnya terdapat burung bangkai yang memperhatikan anak itu. Kevin segera mengabadikan momen itu dan menjualnya ke The New York Times.

The vulture and the little girl, foto karya Kevin Carter

Ternyata foto itu berhasil memenangkan penghargaan bergengsi Pulitzer dan dikenal dimana-mana. Kemudian orang-orang mulai menyerbu Kevin Carter dan The New York Times dengan pertanyaan bagaimana nasib anak tersebut.

Dihantui perasaan bersalah, empat bulan setelah penghargaan Pulitzer diberikan, Kevin Carter mengakhiri hidupnya lewat bunuh diri dengan cara menghirup gas beracun di mobilnya. Ia meninggal di usia 33 tahun . 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini