Sukses

Meniup Kembali Roh Shark Move

Kolaborasi dua generasi ala Benny Soebardja adalah menampilkan Shark on the Move dalam Java Rockin`Land, Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, pekan silam. Inilah reinkarnasi Shark Move, grup progresif rock asal Bandung yang berkibar era 70-an.

Liputan6.com, Jakarta: Reuni dan kolaborasi adalah hal lumrah bagi suatu grup band, terlebih yang pernah berjaya di masa silam. Kenangan masa keemasan, tuntutan penggemar, alasan bisnis, dan idealis bisa menjadi pencetusnya. Nah, Led Zeppelin dan Pink Floyd bisa dijadikan contoh band rock legendaris dunia yang dalam beberapa tahun terakhir menggelar konser reuni. Personel yang sudah tiada pun bukan halangan bagi Robert Plant cs. Mereka menghadirkan Jason Bonham, putra kandung mendiang penggebuk drum Led Zeppelin, John Bonham.

Di Indonesia pun beberapa grup kondang masa lalu sempat menggelar reuni, bahkan bangkit dan eksis sampai sekarang. Sebut saja Koes Plus, The Rollies, dan Shark Move. Nama terakhir adalah band progresif rock asal Kota Bandung, yang pernah berkibar pada 1973. Pentolan Shark Move, Benny Soebardja pun menampilkan Shark on the Move dalam gelaran hari pertama Java Rockin`Land di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara, pekan silam.

Di antara belasan band luar dan puluhan band lokal yang tampil, nama Shark on the Move memang terasa asing di telinga penonton yang rata-rata berusia 20-30 tahun tersebut. Mereka rata-rata terpesona terhadap penampilan band asing seperti Smashing Pumpkins dan Arkarnas, serta grup tenar Tanah Air semisal Pas Band, Andra & The Backbone, serta /rif.

Namun, saat Shark on the Move tampil, sambutan tak mengecewakan. "Kami surprise yang nonton juga banyak dari generasi muda yang sebetulnya belum lahir pada waktu itu," tutur Benny Soebardja, musisi kondang era 70-an yang mendirikan Shark Move sekaligus mantan pentolan band Giant Step, saat ditemui Liputan6.com di sebuah pameran furnitur di Jakarta Convention Center, Rabu (13/10) silam.

Kegembiraan lain bagi Benny Soebardja adalah kehadiran Bob Dook. "Ia penulis lirik sekitar 20 lagu di Shark Move dan Giant Step," ungkap Benny. Menurut dia, Bob Dook datang bersama istri dan anaknya untuk menonton penampilan Shark on the Move di Ancol. Ditambahkan Benny, hampir 30 tahun sang sahabat tak pernah menyaksikan lagi penampilannya.

Malam itu, Shark on the Move memainkan delapan repertoar milik Shark Move dan Giant Step, termasuk Apatis--lagu yang dinyanyikan Benny Soebardja saat Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors Rasisonia 1978. Menurut Kang Benny--demikian Benny Soebardja kerap disapa--tiga dari lima personel Shark Move terdahulu, sudah meninggal dunia. "Terakhir, Juli lalu, Sammy (Sammy Zakaria, drummer dan backing vocal) meninggal."

Reinkarnasi dan Kolaborasi

Penampilan Shark on the Move di Ancol, adalah kolaborasi dua generasi ala Benny Soebardja. Dan boleh disebut pula sebagai reinkarnasi Shark Move, grup progresif rock asal Bandung yang berkibar awal era 70-an. "Idenya sebetulnya atau konsepnya penggabungan dua generasi. Formasinya yang main kemarin, seniornya saya dan keybordis Erwin Badudu, dulu personel Giant Step. Juniornya, Rama anak saya, drummer. Basisnya Audi Adhikara. Gitaris yang bantu saya Bagas Satyawaki," kata musisi sekaligus pengusaha sukses mebel tersebut.

Beberapa sumber dan sejumlah media massa menyebutkan, formasi awal Shark Move yang terbentuk pada 1973 terdiri dari Benny Soebardja (vocal, gitar), Janto Diablo (backing vocal, flute, bas), Soman Loebis (vokal, piano, keyboards, dan perkusi), Bhagu Ramchand (produser eksekutif dan vocal), dan Sammy Zakaria (drum, backing vocal).

Selain Sammy, menurut Benny, dua personel Shark Move juga sudah wafat. Pertama adalah Soman Loebis pada 1974. Selanjutnya, Bhagu Ramchand wafat pada 2001. Sedangkan menurut beberapa sumber, Janto sudah tak terdengar lagi berkiprah dalam blantika dunia musik Tanah Air.

Rilis Ulang

Pria yang kini berusia 61 tahun itu membenarkan, nama Shark Move kembali diperhitungkan semenjak label rekaman asal Jerman, Shadoks Music, merilis ulang album semata wayang Shark Move bertajuk Ghede Chokra`s (Great Session) dalam format piringan hitam dan cakram padat (CD), masing-masing pada Februari dan November 2007.

Sejak itulah, nama grup legendaris asal Kota Kembang itu kembali menjadi perbincangan. Tak main-main memang, Shark Move mendapat banyak perhatian kalangan musik dunia dalam bentuk ulasan di berbagai media. Di dalam resensinya, Shark Move disebut-sebut sebagai As pure & Complex as British Prog Rock Band during the beginning of 70`s.

Tak mengherankan, bila Majalah Rolling Stone edisi Indonesia menempatkan Ghede Chokra`s termasuk bagian 150 Album Terbaik Indonesia dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.

Lebih lanjut ayah dua anak ini mengungkapkan, album semata wayang Shark Move, Ghede Chokra`s, direkam di Studio Musica, Jakarta. "Ketika itu kami menyewa studio tersebut," kata Benny. Sementara, Bhagu Ramchand sebagai bos atau penyandang namanya. "Dia juragan tekstil di Pasar Baru, Bandung," imbuh insinyur pertanian asal Universitas Padjadjaran dan master lulusan Intitut Pertanian Bogor ini.

Album Ghede Chokra`s yang terdiri tujuh lagu itu pun terbilang maju pada zamannya. Mulai dari durasi lagu, desain sampul album versi piringan hitam hingga peredaran albumnya yang bersifat indie dengan nama Shark Move Record. Misalnya, tembang My Life yang kental dengan warna progresif rock itu berdurasi 9,14 menit. Bandingkan dengan mayoritas lagu band-band Indonesia sezamannya yang berkisar tiga hingga lima menit.

The Peels, Shark Move, dan Giant Step

Perjalanan karier bermusik Benny Soebardja terbilang panjang. Seperti dikutip dari laman Wikipedia Indonesia, Benny Soebardja yang saat itu belum berusia 20 tahun, menapaki awal perjalanan musiknya dengan grup The Peels (1967-1968). Grup pop yang kemudian juga bergenre rock dan psychedelic ini sempat melancong ke negeri seberang, yakni Malaysia dan Singapura. Bahkan di Negeri Singa Putih, The Peels menelurkan dua album rekaman dalam format piringan hitam.

Selanjutnya, Benny dan Soman Loebis mengibarkan Shark Move, sedangkan personel The Peels lainnya meninggalkan dunia musik. Keduanya pun menarik Sammy Zakaria (drum), Janto Diablo (bass), dan Bhagu Ramchand (vokal sekaligus produser eksekutif).

Corak musik Shark Move adalah musik rock dengan sentuhan progresif yang kental. Warna musik progresif sangat kentara di lagu My Life. Lagu berdurasi sembilan menit ini kaya dengan kord-kord yang menawan. Dibuka dengan petikan gitar dan bas dengan sentuhan yang penuh magis, menyusul kemudian suara flute mengalun penuh emosi berbarengan dengan masuknya vokal Benny Soebardja yang jernih disusul drum dengan tempo sedang dibarengi suara keyboard yang liar. Tempo lagu perlahan-lahan meninggi dan musik pun semakin keras sampai pertengahan lagu dan kembali menjadi mid tempo pada akhir lagu sampai selesai.

Sayangnya, umur Shark Move hanya tak sampai setahun. Kendati demikian, bubarnya Shark Move tak membuat hasrat Benny Soebardja surut bermusik. Bahkan, justru memicu Benny membuat grup baru bernama Giant Step dengan membawa seorang personel eks Shark Move, yaitu Sammy Zakaria. Adapun formasi pertama Giant Step adalah Benny Soebardja (gitar), Deddy Stanzah (bas), Sammy Zakaria (drum) dan Yockie Suryo Prayogo (keyboard).

Berturut-turut setelah itu banyak musisi yang bermain di Giant Step. Di antaranya Albert Warnerin, Deddy Dorres, dan Triawan Munaf. Benny Soebardja bersama Giant Step sejak 1975 hingga 1985 sudah menelurkan tujuh album. Benny Soebardja pun tercatat merilis sedikitnya empat album solo dan sejumlah proyek album bersama musisi lainnya.

Perjalanan musik Benny Soebardja tak berhenti sampai di situ. Pada September 2006 silam, ia kembali bangkit dengan memasuki dunia rekaman. Dia melantunkan sebuah lagu yang diciptakan anaknya, Rama Nalendra berjudul Hitam Putih. Dan lagu yang dibawakan dengan format duet ini menjadi bagian dari album perdana Idealego, band bentukan Rama.

Ketika ditanyakan kesiapan dirinya bila ada tawaran berkolaborasi dengan musisi muda lainnya, Benny Soebardja tak berkeberatan. "Kalau main siap saja," kata Benny yang sempat disebut-sebut sebagai Alvin Lee-nya Indonesia karena permainan gitarnya mirip gitaris Ten Year After. Hanya saja, ia mengakui sekarang ini semuanya tergantung pada promotor dan publisitas televisi. "Kalau sudah didukung dengan itu semua, berarti sudah lengkap."

Dan setelah sukses menghidupkan kembali Shark Move, saat ini Benny Soebardja berharap tampil lagi dengan para personel Giant Step lainnya. Benny pun mengisyaratkan harapan ini bakal terwujud dalam waktu dekat, bahkan dalam suatu perhelatan akbar musik. Ya, kita nantikan saja.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini