Sukses

6 Fakta Menyedihkan dalam Hidup Chester Bennington

Liputan6.com, Jakarta Lengkingan Chester Bennington saat menyanyikan lagu-lagu Linkin Park, kini hanya bisa didengarkan lewat rekaman saja. Vokalis berusia 41 tahun ini, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada Kamis (20/7/2017) malam waktu setempat dengan cara bunuh diri.

Jelas saja hal ini menggemparkan publik. Ucapan belasungkawa untuk pelantun "In The End" ini menjadi Trending Topic di Twitter. Tak hanya itu, banyak warganet yang berbicara mengenai depresi yang dialami oleh Chester Bennington.

Sepanjang hidupnya, Chester Bennington memang mengalami sejumlah kejadian pahit yang menyedihkan. Tak hanya saat ia sudah tenar sebagai vokalis Linkin Park, namun juga ketika ia masih kanak-kanak.

Sebagian penggemar lantas berasumsi bahwa kejadian-kejadian pahit ini memiliki dampak langsung atas kesehatan mental Chester Bennington. Apa saja kejadian menyedihkan tersebut?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Perceraian Orangtua

Chester Bennington mengakui bahwa masa kecilnya adalah saat-saat yang pahit untuknya. Orangtuanya bercerai saat Chester berusia 11 tahun, dan sejak itu ia diasuh oleh ayahnya, seorang penyidik kepolisian yang terlalu sibuk bekerja. Sementara itu, saudara-saudarinya yang lain juga tidak pernah ada di rumah.

Dalam wawancara dengan majalah Kerrang pada 2008 silam, ia mengakui bahwa saat itu ia merasa diabaikan oleh keluarganya. "Saat itu adalah masa-masa yang sulit. Aku membenci semua anggota keluargaku. Aku merasa diabaikan oleh ibuku. Kondisi mental ayahku kurang stabil saat itu. Dan tak ada orang yang bisa kuajak bicara saat itu—setidaknya itu yang kurasakan dalam pikiran masa kecilku," tutur Chester Bennington kala itu.

3 dari 7 halaman

Mengalami Kekerasan Seksual

Dalam wawancara dengan Kerrang pula, Chester Bennington mengakui satu peristiwa kelam dalam hidupnya, yakni saat ia mengalami kekerasan seksual.

"Aku mulai dilecehkan sejak usia tujuh atau delapan tahun," kata Chester Bennington. Ia mengatakan pelakunya adalah seorang teman yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya.

"Awalnya mulai dari sentuhan, rasa ingin tahu 'ini apa ya', hingga kekerasan yang menyeluruh, benar-benar gila. Aku dipukuli dan dipaksa melakukan hal yang tak ingin kulakukan. Ini menghancurkan rasa percaya diriku," kata dia.

Chester Bennington mengatakan kala itu ia tak ingin menceritakan hal ini pada siapa pun, termasuk pada ayahnya yang merupakan seorang petugas kepolisian. "Seperti kebanyakan orang, aku terlalu takut untuk mengatakan segalanya. Aku saat itu tak mau orang berpikir aku gay, atau sedang berbohong. Ini adalah pengalaman yang sangat mengerikan," kata Chester.

Chester Bennington menambahkan bahwa kekerasan seksual yang ia alami berlanjut hingga ia berusia 13 tahun. Ia juga tak pernah mengungkap identitas pelaku kekerasan seksual ini.

4 dari 7 halaman

Lari ke Narkoba

Perceraian orangtua dan kekerasan seksual yang dihadapinya, membuat Chester Bennington melakukan jalan pintas. Ia mulai mengonsumsi alkohol dan narkoba di usia yang sangat muda.

Meski sempat dicegah oleh sang ibu, kebiasaan ini ternyata berlanjut hingga ia dewasa dan bergabung dengan Linkin Park. Dalam sebuah wawancara yang dikutip oleh The Sun, Chester menceritakan berapa banyak obat-obatan terlarang yang masuk ke tubuhnya.

"Aku pernah mengonsumsi 11 porsi acid (LSD) per hari. Saking banyaknya, aku kaget masih bisa bicara! Aku mengisap banyak sekali kokain, memakai meth, dan duduk begitu saja di sudut ruangan dengan pikiran yang menggila. Lalu untuk menenangkan diriku, aku akan merokok opium," kata dia kala itu.

Karena terlalu banyak mengonsumsi narkoba, berat badan Chester sempat tersisa hanya sekitar 50 kilogram saja. Bahkan ibunya mengatakan ia seperti baru keluar dari kamp penyiksaan Nazi, Auschwitz.

"Lalu aku menggunakan ganja untuk melepaskan diri dari narkoba. Setiap kali sedang sakau, aku langsung mengisap ganja."

Tahun 2006, Chester mengatakan bahwa ia berada di dua pilihan, antara berhenti mengonsumsi barang-barang berbahaya itu atau mati. Rekan-rekannya di Linkin Park yang khawatir pun mendampinginya dalam konseling. Mike Shinoda dkk membuka mata Chester mengenai perilakunya ini.

"Aku tak menyadari bahwa aku menjadi mimpi buruk bagi mereka. Aku sadar aku punya masalah dalam minum-minum dan narkoba. Ini adalah masalah pribadiku, tapi aku baru menyadari bahwa hal ini begitu mempengaruhi orang-orang di sekelilingku," katanya.

Tahun 2011, ia akhirnya menyatakan diri bersih dari narkoba dan alkohol. "Aku tak mau menjadi orang seperti itu lagi," katanya.

5 dari 7 halaman

Depresi

Tanda-tanda Chester Bennington mengalami depresi, kian nampak dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah wawancara di tahun 2015 yang dikutip People, misalnya, Chester menceritakan kondisi mentalnya yang terbilang kelam.

"Aku benar-benar membenci hidupku dan aku merasa seperti 'aku tak ingin punya perasaan, aku ingin menjadi sosiopat. Aku tak mau apa pun. Aku tak mau peduli dengan apa yang orang rasakan. Aku ingin tak merasakan apa-apa'," kata Chester kala itu.

Chester Bennington (foto: COED.com)

Perannya sebagai penulis lirik di Linkin Park, membuat Chester kerap menuangkan perasaannya ini ke dalam lagu-lagunya. Salah satunnya dalam lagu "Heavy" yang dirilis di album terbaru Linkin Park, One More Light.

"Saat aku membuka lagu ini dengan kalimat 'Aku tak suka dengan pikiranku saat ini', itu benar-benar nyata," kata dia. Chester mengatakan bahwa pikirannya menjadi tempat yang berbahaya baginya. Karena itu ia selalu berusaha untuk menjaga kewarasan pikirannya dengan terus membuka diri.

"Bila hal ini dilakukan, maka pikiranku akan menjadi lingkungan yang menyenangkan. Namun hal ini bisa berubah menjadi sangat buruk dalam waktu singkat," kata Chester Bennington.

6 dari 7 halaman

Kematian Chris Cornell

Kematian Chris Cornell pada Mei lalu menjadi pukulan berat untuk Chester Bennington. Pasalnya, kedua vokalis ini memiliki hubungan yang sangat erat. Salah satu buktinya, adalah ia menjadi ayah baptis untuk anak lelaki Chris Cornell, Christopher.

Dalam pemakaman Chris Cornell, ia juga menyanyikan lagu "Hallelujah". Bahkan peristiwa bunuh dirinya pun bertepatan dengan ulang tahun ke-53 vokalis Audioslave tersebut.

Chester Bennington dan Chris Cornell (Chester: AFP/RICH FURY/GETTY IMAGES NORTH AMERICA, Cornell: AFP/KEVIN WINTER/GETTY IMAGES NORTH AMERICA)

Setelah kematian Chris Cornell, Chester Bennington sempat merilis sebuah surat terbuka di media sosialnya, yang berisi tentang dukacita dan rasa cintanya untuk Chris Cornell.

"Anda telah mengilhami saya dalam banyak hal yang tidak akan pernah Anda ketahui. Bakatmu murni dan tak tertandingi. Suara Anda adalah sukacita dan rasa sakit, kemarahan dan pengampunan, cinta dan sakit hati, yang terbungkus menjadi satu. Saya rasa itulah kita semua. Anda membantu saya mengerti itu," tutur Chester Bennington.

7 dari 7 halaman

Sudah Pernah Berniat Bunuh Diri

Ternyata bukan sekali ini saja Chester Bennington berniat bunuh diri. Dalam sebuah wawancara yang dimuat Digital Spy di tahun 2009, Chester mengatakan ia sempat ingin mengakhiri hidupnya setelah bercerai dengan Samantha Marie Olit di tahun 2005.

Mereka bercerai saat karier Chester dan Linkin Park mulai menanjak.

Vokalis band rock Linkin Park, Chester Bennington (Photo by John Shearer/Invision/AP, File)

"Berpisah dengan istriku itu bagian yang mudah. Yang sulit saat itu adalah kehilangan semua uangku dan harus memulai hidup yang baru dan harus membayar orang yang tak ingin kutemui," kata dia.

"Aku ingin membunuh diriku sendiri. Aku bisa saja tak duduk di sini sekarang. Aku bisa saja sudah mati. Ini adalah satu hal yang sangat, sangat mengerikan," kata Chester Bennington saat itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.