Sukses

Delapan Seniman Yogyakarta Dapat Tempat Khusus di Biennale 2017

Delapan seniman rupa asal Yogyakarta berangkat ke Beijing untuk mengikuti 7th Beijing International Art Biennale (BIAB) 2017

Liputan6.com, Yogyakarta - Delapan seniman rupa asal Yogyakarta berangkat ke Beijing untuk mengikuti 7th Beijing International Art Biennale (BIAB) 2017. Camelia Hasibuan, Erizal, Gatot Indrajati, Ivan Sagita, Januri, Nasirun, Sigit Santosa, dan Ugy Sugiarto akan bertolak ke Beijing pada 22 September dan mengikuti pembukaan pameran pada 24 September.

"Ini pertama kalinya Indonesia mendapat tempat khusus special exhibition di perhelatan dua tahunan ini, sebab biasanya perupa Indonesia datang perorangan," ujar Kuss Indarto, kurator, dalam jumpa pers di Yogyakarta, Rabu (13/9/2017). Selain Indonesia, tempat special exhibition juga diperuntukkan bagi seniman dari Georgia, Yunani, dan Mongolia.

Ia menyebutkan delapan seniman asal Yogyakarta itu juga berangkat bersama dengan sembilan seniman dari daerah lain di Indonesia, antara lain, Nyoman Nuarta, Joni Ramlan, Johan Abe, dan Made Wianta. Secara keseluruhan, ada 300 seniman peserta BIAB 2017 yang berasal dari 103 negara di lima benua.

Kuss menjelaskan Indonesia memberi tema kuratorial pameran Crossing Curent atau Arus Persimpangan. Tema itu diturunkan dari tema kuratorial BIAN 2017 yakni Silk Road And World's Civilization atau Jalan Sutera dan Peradaban Dunia.

Arus Persimpangan, tuturnya, menunjukkan kenyataan bahwa wilayah nusantara sudah berabad-abad lalu menjadi medan penting bagi perlintasan berbagai kebudayaan yang ada di dunia.

"Jalan Sutera lewat jalur laut yang pernah dilakukan oleh Cina ratusan tahun lalu telah memberi sumbangan kekayaan budaya di banyak kawasan nusantara," ucap Kuss.

Ia mencontohkan, pematung Johan Abe menampilkan patung perempuan berkebaya dalam pameran tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa kebaya yang selama ini dianggap sebagai baju khas Indonesia ternyata merupakan produk akulturasi budaya dari keberadaan Jalan Sutera.

Ivan Sagita, salah satu seniman dari Jogja, menampilkan sebuah lukisan sejumlah orang yang sedang berkumpul. Dia memaknai Jalan Sutera sebagai peristiwa personal dalam kehidupan sehari-hari.

"Jalan Sutera sebagai bentuk perjalanan untuk pencerahan dan setiap orang bisa memiliki hal itu," kata Ivan.

Ketua Indonesia China Art Association (ICAA) Yince Djuwita menilai Cina sebagai pasar yang potensial untuk mengembangkan produk seni Indonesia.

"Masyarakat kelas menengah yang melek seni lebih menyukai karya-karya seniman asal Indonesia dibandingkan dengan Thailand, India, maupun Vietnam," ucapnya.

Menurut Yince, seniman Indonesia menghasilkan karya yang penuh kebebasan, berekspresi, dan keberanian memberi warna. Kondisi itu berbeda dengan seniman dari negara lain, termasuk Cina, yang terkesan di dalam kotak. Switzy Sabandar

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah istimewa di Indonesia yang memiliki tingkatan yang sama dengan provinsi.
    Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah istimewa di Indonesia yang memiliki tingkatan yang sama dengan provinsi.

    Yogyakarta