Pelayat Terus Berdatangan ke Rumah Franky

Liputan6.com, Jakarta: Suasana duka menyelimuti rumah almarhum Franky Sahilatua di Kompleks Pelangi Bintaro, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (20/4) malam. Sejumlah kerabat, rekan sesama musisi, dan sejumlah tokoh datang silih berganti memberikan penghormatan terakhir pada almarhum. Dimata Jane Sahilatua, sang adik sekaligus juga rekan duetnya, penyanyi balada bernama lengkap Franklin Hubert itu, merupakan sosok kakak yang penyabar dan penyayang.
 
Franky meninggal di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan, sore tadi. Franky mengembuskan nafas terakhirnya setelah menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit tersebut karena penyakit kanker sumsum yang dideritanya. Sebelumnya Franky juga sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura selama enam bulan [baca: Penyanyi Franky Sahilatua Meninggal].

Semasa hidupnya Franky yang lahir di Surabaya 57 tahun lalu itu, memang tidak hanya terkenal dengan lagu-lagu baladanya bersama sang adik Jane. Belakangan Franky terjun ke dunia politik meski tidak lebur ke partai tertentu seperti sejumlah seniman lain.
 
Franky juga mempopulerkan lagu Cicak dan Buaya yang menggambarkan perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga Polri dua tahun lalu. Lagu-lagu Franky memang tidak lagi semata bertema alam dan romansa seperti tahun 70-an ketika ia berduet dengan adiknya. Syair-syairnya mulai berisikan kritik sosial atas ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang masih dirasakan sebagian masyarakat yang terpinggirkan [baca: Belakangan, Franky Mulai Bersentuhan dengan Politik].(IAN)