Sukses

Mengenang Bapak Film Indonesia Usmar Ismail lewat Google Doodle

Nama Usmar Ismail sempat menjadi fenomena pada masanya.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia maya saat ini sedang merayakan ulang tahun mendiang sastrawan sekaligus sineas Tanah Air, Usmar Ismail. Membuka Google Doodle Indonesia edisi Selasa (20/3/2018), terpampanglah ilustrasi sineas kelahiran Bukittinggi pada tahun 1921 ini tengah berdiri di depan sebuah kamera.

Seperti banyak diketahui, Usmar Ismail dikenal sebagai Bapak Film Nasional yang di sepanjang kariernya telah menghasilkan sekitar 30 film. Film pertama yang ia kerjakan adalah Harta Karun yang ditayangkan pada 1949.

Sejak menyutradarai Darah dan Doa yang dirilis pada 1950, nama Usmar Ismail langsung menjadi fenomena pada masanya. Film drama perang yang diadaptasi dari cerita pendek karya Sitor Situmorang itu disebut sebagai tonggak utama maraknya perfilman Indonesia.

Berkat Darah dan Doa juga, Presiden B.J. Habibie bersama Dewan Film Nasional menetapkan Hari Film Nasional pada 30 Maret. Diketahui, 30 Maret 1950 merupakan hari pertama syuting film yang berjudul lain The Long March of Siliwangi itu.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menang Piala Citra

Selama berkarier di dunia film, beberapa karya Usmar Ismail sempat memenangkan Piala Citra. Film Lewat Djam Malam (1954) menang penghargaan sebagai Film Terbaik, sementara Tamu Agung (1955) juga mendapatkan penghargaan Film Komedi Terbaik.

Lewat Djam Malam populer berkat temanya yang menyampaikan gambaran Indonesia saat memproklamasikan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Sementara di film Tamu Agung, Usmar Ismail menyampaikan kritik sosial dan politik di masyarakat.

3 dari 4 halaman

Pendidikan

Pendidikan yang ditempuh Usmar Ismail bisa dibilang sangat bergengsi. Ia pernah bersekolah di Yogyakarta dan memperoleh gelar B.A. di bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada 1952.

Usmar Ismail sempat bergabung dengan Pusat Kebudayaan saat Indonesia masih dalam pendudukan Jepan. Ia pun mendirikan klub Sandiwara Penggemar Maya dengan beberapa tokoh seni kawakan, seperti El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H.B. Jassin dan lainnya.

 

4 dari 4 halaman

Sebagai Pengurus

Selain itu, ia juga sempat aktif sebagai pengurus lembaga teater dan film serta beberapa organisasi terkait, termasuk sebagai ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN).

BMPN pada akhirnya berhasil mendorong pemerintah kala itu untuk membentuk "Pola Pembinaan Perfilman Nasional" pada 1967. Usmar Ismail juga dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik serta para pengusaha film. Ia menjadi ketuanya sejak 1954 hingga 1965.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini