Sukses

Film 'Leher Angsa', Ari Sihasale Mencoba Jadi Sutradara

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen lewat Alena Picutre kembali membuat film yang bertema anak-anak dan kecintaan terhadap Indonesia dalam film Leher Angsa. Namun di film ini Ari mencoba untuk menjadi sutradara untuk pertamakalinya.

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen lewat Alena Picutre kembali membuat film yang bertema anak-anak dan kecintaan terhadap Indonesia dalam film Leher Angsa. Namun di film ini Ari mencoba untuk menjadi sutradara untuk pertamakalinya.

Di film 'Leher Angsa' Ari dan Nia kembali menggarap film bergenre anak-anak seperti film-film sukses mereka terdahulu seperti Denias, Senandung di Atas Awan (2006), Liburan Seru (2008), King (2009), Tanah Air Beta (2010) dan Serdadu Kumbang (2011). Senin (14/1/2013) kru dan pemain film 'Leher Angsa' akan berangkat ke Lombok untuk memulai syuting.

"Kami dan tim meminta doa agar pekerjaan kami diberi kemudahan," ujar Nia, saat menggelar konfrensi pers di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (13/1/2013).

Film ini sendiri skenarionya ditulis oleh Musafar Yasin. Dari cerita tersebut, Ale, sapaan Ari Sihasale, yang selama ini berada di belakang layar sebagai seorang produser, berhasrat untuk menggarap sendiri film tersebut.

"Saya tertarik menyutradarai karena film ini menegakkan cerita anak-anak. Benar itu baik karena sekarang ini sudah banyak kebohongan-kebohongan yang di anggap baik oleh orang. Saya tidak mau anak kecil jadi meniru. Itukan suatu hal yang tidak baik," jelas Ale

Nia dan Ale hingga saat ini masih setia mengangkat film yang bercerita tentang anak-anak dan mengupas keindahan alam Indonesia. Menurut pasangan suami-istri itu, tema tersebut masih sangat menarik untuk dilakukan.

"Sejauh ini kami  masih menyajikan cerita-ceria untuk anak. Mungkin nanti kami meyajikan film untuk dewasa tapi bukan Alinea Picture," celetuk Nia.

Sedangkan Lombok dipilih Nia dan Ale lantaran Lombok meruakan salah satu tempat terindah yang dimiliki Indonesia. Selain itu, cerita film tersebut juga cocok dengan masyarakat Lombok.

"Memang sebenarnya film ini cocok dimainkan di daerah Lombok. Sebenarnya saya sudah coba-coba cari di daerah jawa tapi kurang cocok. Lombok saya anggap cocok karena dalam cerita ini di butuhkan lokasi yang indah, sungai yang besar dan air terjun yanhg alami. Jadi saya rasa cocok di buat di Lombok," jelas Ale. (fei)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.