Sukses

Slank yang Mulai Terkenal dan Dekat dengan Narkoba

Setelah mengeluarkan album kedua, Slank mulai dikenal dan punya banyak penggemar. Namun, narkoba juga mulai dekat dengan mereka.

Sukses dengan album pertama, Slank merilis album kedua di tahun 1992 yang berjudul Kampungan. Album ini pun laku keras. Gaya musik anak-anak gang Potlot ini memang ’semau gue', namun tetap enak didengar dan menyiratkan kecerdasan bermusik.

Seperti contoh dalam lagu berjudul 'Nina Bobo'. Di dalam lagu ini, mereka berlima bersama-sama bernyanyi lagu tidur Nina Bobo dengan hanya diiringi permainan keyboard cerdas ala Indra Qadarsih. Gilanya, mereka memasukkan suara dengkur keras sebagai latar belakang nyanyiannya. Kegilaan lainnya lagi ada pada lagu 'Bali Bagus' yang diakhir lagu tersebut, mereka memasukan suara Kaka yang lagi mabok berat.

Di Album ini juga hits 'Mawar Merah' dan 'Terlalu Manis' yang melegenda itu tercipta. Dua lagu yang seolah-olah sudah menjadi lagu wajib Slank saat konser sampai saat ini. Terlalu Manis dibuat dalam dua versi, Suka-suka dan Jualan. Namun anehnya, justru lagu yang versi Suka suka lah yang menjadi hits dan sering dimainkan. Lagu nya memang damai karena Kaka bermain harmonika.  Nafas Rock 'N Roll dan Blues masih terasa di album ini. Wajar, karena nyawa musik Slank ada di situ.



Sukses Slank diikuti dengan banyaknya musisi yang berdatangan ke markas Slank di Jalan Potlot, Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Banyak musisi dan penyanyi yang tak hanya nongkrong, tapi jg berguru di sana seperti Anang Hermansyah, Oppie Andaresta, Thomas ‘GIGI’, Eki Lamoh (ex-Edane), Anda ‘Bunga’, Well Welly,  Imanez, Ivanka, Baron, Flowers band, Alm. Andy Liani, Ipang ‘BIP’ dll.

Merekapun juga mengawali kariernya di tempat ini.
Sehingga jadilah tempat tersebut sebagai markas Slank, yang sebenarnya tempat tersebut adalah rumah orangtua Bim-Bim. Setiap hari tempat tersebut selalu ramai dikunjungi para musisi, ditambah para Slankers yang sekadar ingin berdekatan dengan para idolanya itu.

Bim-Bim mengaku kaget dengan kenyataan ini. "Jujur saja, mental kami nggak siap,” katanya. Menurut dia, bisa rekaman saja sudah lebih dari cukup. Ia sempat tak siap dengan popularitas. "Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asyik sama kita, jadi asyik," kata Bim-Bim lagi.



Tahun 1993 bulan Desember, Slank merilis Album ketiga yang diberi judul Piss!. Semboyan Peace di plesetkan menjadi Piss. Semboyan Piss menjadi trend pada masa itu hingga saat ini. Hits single dari album ini adalah Piss dan Kirim Aku Bunga. Cover album ini adalah seorang model yang meniru pose Jim Morisson (The Doors). walaupun banyak yang berpendapat bahwa model di cover tersebut adalah Bimbim, namun faktanya model cover album tersebut adalah Adji 'tarmo' tetangga seberang rumah Bimbim.

Tahun 1994, Slank lagi-lagi merilis sebuah album yang diberi titel Generasi Biru. Lagu ini juga sering dibawakan sampai saat ini. Hits single dari album ini adalah Generasi Biroe, Terbunuh Sepi, dan juga Kamu Harus Pulang yang sering dimainkan saat ending show mereka.

Album ke lima mereka, Minoritas dirilis pada Januari 1996. Menampilkan single Bang Bang Tut yang juga sukses dipasaran dan masih sering dinyanyikan di show mereka. Di album ini juga Bimbim menyanyikan sebuah lagu miliknya yang berjudul Bidadari Penyelamat. Unik nya,, lagu ini tidak ada aransemen apapun. Hanya suara Bimbim saja.


Saat itu, Slank emang lagi menikmati ketenaran. Setiap panggung pertunjukannya selalu dipenuhi penonton. Para Slankers seperti tak bosan-bosannya menghadiri pertunjukan yang mereka adakan.

Kesuksesan ini nyatanya berpengaruh pada gaya hidup anak-anak Slank. Entah siapa yang memulai, mereka mulai akrab dengan putaw, narkotik jenis heroin. Keakraban mereka dengan narkotik melebihi keakraban antarpersonel band. Lima anak muda yang biasanya selalu bersama-sama di rumah Bim-Bim mulai asik sendiri-sendiri. Band pun mereka lupakan.

Badan para personel Slank pada saat itu sudah makin tak berdaging alias kurus kering, loyo, mata kuyu, jarang tidur, hidup kacau, tak terurus dan yang paling parah adalah mereka semakin menjadi seorang pemadat berat. Tak ada hari tanpa drugs dan alkohol. Makin mabok, terasa makin asik dan lebih rock n’ roll.


Para tetangga mereka menuding ‘markas’ Slank tsb sebagai ‘rumah madat’. Suasananya sumpek, kumel, acak-acakan dan dekil. Beberapa remaja yang nongkrong di situ acuh tak acuh, awut-awutan dengan sorot mata yang tak bersahabat. Bahkan pada saat itu, sehari-harinya Kaka hanya berkaus oblong kutut, bercelana pendek dekil, dan tak beralas kaki.

Di album kelima, Minoritas ini menjadi saksi keakraban anak-anak Slank dengan narkoba. Album ini juga menjadi saksi tanda-tanda perpecahan di dalam tubuh Slank dengan formasi paling dahsyat sepanjang sejarah berdirinya Slank. Banyak pengamat menilai album ini tidak sedahsyat karya Slank sebelumnya, baik dari segi musikalitas maupun lirik. Itu terjadi, menurut Bim-Bim, lantaran para personel sudah jarang kumpul bersama. Mereka datang kalau ditelepon Bim-Bim saja.

"Dalam album ini, gue sudah kayak solo karir saja. Pay datang ngisi gitar, terus pergi. Bongky dan Indra juga begitu,” kata Bim-Bim.(Adt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini