Sukses

Assassination Classroom, Cintai Gurumu, Jangan Bunuh Dia

Manga Assassination Classroom punya inti cerita upaya murid sekolah membunuh mereka.

Liputan6.com, Jakarta Di sebuah kelas bertuliskan "3-E" terdapat murid-murid berwajah tegang. Degup jantung mereka seperti terdengar kencang keluar. "Degg… degg… degg…," begitu bunyinya.

Lalu kita melihat tangan berwujud aneh meletakkan buku absensi kelas. Mirip tentakel gurita. Benar saja tangan itu memang tentakel. Sesosok makhluk aneh mirip gurita, dengan jubah hitam dan toga di kepala berdiri di muka kelas.

Makhluk aneh ini sang guru di kelas itu?

"Mari, kita mulai pelajaran. Petugas piket hari ini, silakan memimpin," ujarnya. Ya, dia sang guru di kelas 3-E itu.

Sejurus kemudian para murid berwajah tegang itu berdiri. Mereka tak menggenggam pensil, ballpoint, atau buku, melainkan senapan mesin otomatis. Beberapa murid memegang pistol.

"Berdiri…"

"Hormaaat…"

"… Geraaaak!!"

Lalu terdengar rentetan suara tembakan. "Dred… Dred… Dred… Dred… Dred…"

Jika orang biasa pasti badan sudah terkoyak tak berbentuk diterjang peluru begitu banyak. Tapi tidak, makhluk aneh mirip gurita ini berhasil menghindari semua peluru. Sambil menghindar, alih-alih membalas terjangan peluru, ia malah mengabsen murid-murid di kelas.

Demikian manga ini, Assassination Classroom dimulai. Sejak chapter awal, kita sudah diberitahu plot dasarnya:

Sesosok makhluk aneh mirip gurita mengancam hendak menghancurkan Bumi setahun lagi. Namun, ia memberi kesempatan manusia membinasakannya demi mencegah kehancuran itu.

Sang makhluk memilih mengajar sebuah kelas. Menjadi tugas para murid di kelas itu untuk membunuh guru mereka. Yang berhasil membunuhnya, pemerintah menyediakan hadiah fantastis sebesar 10 miliar yen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Misi Membunuh Guru

Misi Membunuh Guru

Saat membaca judulnya, yang terpikir pertama kali adalah manga ini bakal mirip Battle Royale, saat para murid sekolah saling bunuh dalam sebuah pertarungan hidup-mati.

Ternyata bukan. Bagi saya, plot dasar manga ini sebetulnya lebih berbahaya ketimbang Battle Royale bila diartikan lebih jauh.

Lewat Assassination Classroom, mangaka Yusei Matsui (pengarang Demonic Detective Neuro), seolah membawa kita pada sisi tergelap manusia sebagaimana diteorikan Sigmund Freud.

Menurut teori Freudian, dalam diri manusia terdapat "Id" yang merupakan naluri dasar dan alamiah manusia. "Id" ini dikontrol oleh "ego" dan "super-ego" yang pada gilirannya membentuk keselarasan dan manusia tidak berperilaku hewani.

Nah, di manga ini, naluri membunuh dari manusia sebagai perwujudan survival (dalam hal ini, mencegah kehancuran Bumi) tampak dikedepankan. Yang lebih gawat lagi, manga ini mengedepankan upaya siswa sebuah kelas membunuh guru mereka.

Dari sini kemudian manga ini harus disikapi dengan bijak oleh pembacanya.

Di Balik Misi Membunuh Guru

Ya, Matsui-sensei memang menyuguhkan sebuah eskapisme terliar seorang murid sekolah. Ia memberi gambaran pada murid, yang tertekan oleh pelajaran di sekolah untuk melihat betapa asyiknya membunuh seorang guru.

Namun di balik hal yang tersurat itu, manga ini sebetulnya punya pesan sebaliknya: cintai gurumu, jangan bunuh dia!

Di volume pertama sudah terlihat, meski bakal menghancurkan Bumi setahun lagi, sejatinya makhluk aneh mirip gurita yang dipanggil Pak Koro (dari kata "korosenai": tidak bisa dibunuh) ini adalah guru yang baik juga pintar. Ia membimbing murid-muridnya—yang merupakan siswa buangan dengan masa depan suram—untuk punya harapan, rajin belajar, cerdas, serta mendorong murid menyalurkan bakatnya. Kita melihat, misalnya, Pak Koro memberi tips pada seorang murid yang punya bakat olahraga baseball.

Dengan demikian, meski plot dasarnya tentang upaya murid-murid sebuah kelas membunuh guru mereka, manga ini sebetulnya punya nilai pendidikan yang patut diteladani.

Sejak awal, pembaca sudah dihadapkan pada ironisme yang bikin ceritanya kian menarik: 'guru yang harus murid-murid bunuh ini adalah juga guru terbaik yang mereka pernah punyai'.

Menarik mengikuti bagaimana ironisme itu dimainkan di volume-volume berikutnya.***

Judul Asli: Ansatsu Kyoushitsu
Status di negara asal: 12 volume sejak 2012, bersambung
Periode terbit di negara asal: 2-3 bulan per volume
Edisi terjemahan Indonesia Assassination Classroom baru terbit satu volume. (Ade/Rul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.