Sukses

Mengenal Bob Dylan, Sang Pemenang Nobel Sastra

Kisah hidup ikon musik yang baru saja menjadi musikus pertama yang mendapatkan Nobel.

Liputan6.com, Jakarta - Pada pertengahan dekade 60-an, musikus yang mengusung tema politik mulai bermunculan. Kebanyakan mengecam perang Vietnam yang dilancarkan oleh pemerintah Amerika Serikat saat itu. Mereka bermekaran di era generasi bunga (flower generation).

Salah satu nama yang menonjol adalah Bob Dylan. Ia sukses menjadi garda depan penyanyi yang lantang menentang perang dan membela hak asasi hingga menjadi penyuara bagi kaum grassroots AS.

Selain melodi, kekuatan musik Bob Dylan terdapat pada lirik. Ia bak pujangga dengan lirik puitis dan menyentuh berbagai area dari sosial, politik, filosofi dan kesusastraan. 

Bob Dylan akan kembali dengan album baru yang kemungkinan akan mendaur ulang banyak lagu Frank Sinatra.

Bob Dylan lahir pada 24 Mei 1941 dengan nama Robert Allen Zimmerman. Karier musiknya dimulai saat pindah ke New York City pada 1961. Awalnya ia ingin bertemu dengan idolanya, musisi folk Woody Guthrie. Lantas beberapa bulan kemudian ia tampil menjadi pembuka musisi blues John Lee Hooker.

Dengan gaya khas Dylan berupa balada dengan lirik puitis serta nyanyian yang diiringi gitar bolong dan harmonika, menarik perhatian John Hammond yang merupakan Artist & Repertoire (A & R) perusahaan rekaman Columbia. Ia lalu merekrut Bob Dylan dan memproduseri album perdananya walaupun di situ ia hanya membawakan lagu-lagu folk tradisional dan dua lagu ciptaannya sendiri.

Bob Dylan di masa mudanya. (Rollingstone.com)

Bob Dylan mulai dikenal saat album keduanya keluar di tahun 1963. Album bertajuk The Freewheelin' Bob Dylan itu memuat lagu "Blowin' in the Wind" yang kelak disebut sebagai salah satu anthem dekade 60-an. Ketika itu Dylan juga mulai mengenal penyanyi folk legendaris Joan Baez yang saat itu sudah punya nama dan akhirnya sempat menjalin kisah asmara dengannya.

Pada tahun 1965, nama Bob Dylan telah dikenal oleh publik. Kemudian ia melakukan manuver tajam dalam kariernya. Saat tampil di Newport Folk Festival, Bob Dylan tidak tampil dengan iringan gitar akustik dan harmonika saja. Ia mengganti gitar bolongnya dengan gitar listrik dengan bantuan band yang memakai instrumen elektrik lengkap dengan gitar dan bass listrik dan drum.

Bob Dylan bermain rock n' roll, walaupun tak sepenuhnya. Karena perubahan tersebut, penonton saat itu mencemooh Dylan yang sedang manggung. Mereka tak suka transformasi yang dilakukan idolanya. Walaupun tak sedikit juga yang menyukainya. Secara perlahan Bob Dylan mulai dijauhi komunitas musik folk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Era folk digantikan oleh folk rock.

Tak lama setelah peristiwa itu, album Highway 61 Revisited dirilis. Album itu disebut sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa (Rolling Stone AS menaruhnya di urutan 4 dalam daftar 500 album terbaik sepanjang masa) dan semakin mengukuhkan posisi Dylan di belantika musik. Album itu juga memuat salah satu hits Dylan, "Like a Rolling Stone."

Album Highway 61 Revisited dan Blonde on Blonde yang dirilis saat itu disebut mempengaruhi tren musik rock yang ada. Band besar seperti The Beatles mulai memasukkan unsur folk ke dalam musik rock mereka dan menghasilkan album Rubber Soul, yang akhirnya mempengaruhi band-band lainnya. 

Bob Dylan, ikon musik yang baru saja menjadi musikus pertama yang mendapatkan Nobel.(Foto: art-sheep.com)

Setahun kemudian Dylan mengalami peristiwa naas. Motor yang dikendarainya jatuh dan mengakibatkan cedera yang cukup fatal.

Usai insiden tersebut, Bob Dylan merilis album John Wesley Harding yang menandakan kembalinya ia ke pelukan musik folk americana.

3 dari 4 halaman

Lirik-lirik politik

Bob Dylan juga dikenal dengan lirik lagunya yang bermuatan sosial dan politik. Di album kedua dan ketiga, ia menyanyikan tema-tema seperti perang, rasisme dan kemiskinan. Seperti hitsnya dari tahun 1964, “The Times They Are a-Changin',” yang menggambarkan perbedaan pandangan politik dan kesenjangan antar generasi warga AS saat itu. Lalu "Blowin' in the Wind" yang mempertanyakan tentang perang dan perdamaian. Hingga lirik lagu “With God on Our Side” yang mengaitkan perang dengan agama.  

Ia turut mempopulerkan gerakan perjuangan hak-hak sipil lewat lagu-lagunya. Bahkan ia bersama Joan Baez sempat bermain di acara pidato legendaris dari Martin Luther King Jr di tahun 1963. 

Gaya penulisan lirik Bob Dylan sendiri dipengaruhi oleh penulis era Beat Generation seperti Allen Ginsberg. Dengan kekuatan liriknya, akhirnya Bob Dylan mendapat Nobel Sastra di tahun 2016.

4 dari 4 halaman

Bob Dylan kini

Memasuki era 70-an dan 80-an, karier Dylan tak secemerlang sebelumnya. Tetapi ia telah meraih status bintang besar dan ia tetap produktif merilis album sampai sekarang. Total Bob Dylan telah merilis 37 album.

Naskah asli dari lirik lagu Like A Rolling Stone yang ditulis Bob Dylan berhasil terjual dengan harga selangit.

Hingga kini, banyak penghargaan yang telah dianugerahkan kepadanya. 12 Grammy termasuk Lifetime Achievement, 1 Oscars, 1 Golden Globe Awards dan 1 Pulitzer pernah ia terima. Namanya juga diabadikan dalam Rock and Roll Hall of Fame, Nashville Songwriters Hall of Fame dan Songwriters Hall of Fame. Dylan pernah pula menerima Polar Music Prize dari raja Swedia King Carl XVI dan Presidential Medal of Freedom dari presiden AS Barack Obama.

Dan baru-baru ini pria yang kini berusia 75 tahun itu menerima Nobel Sastra untuk karya-karyanya yang puitis. Ia menjadi musikus pertama yang dianugerahi Nobel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini