Cerita Pilu Chris Pratt soal Kematian Ayahnya

Liputan6.com, Los Angeles - Ayah adalah seorang superhero bagi anak-anaknya. Begitu pula pandangan Chris Pratt terhadap sang ayah, Dan Pratt. Ia mengingat ayahnya sebagai sosok yang old school alias kuno. Namun, ia menganggap itu bukanlah sesuatu yang buruk.

Menurut Chris, Dan merupakan seseorang pekerja keras sekaligus pemikir yang mampu memecahkan banyak masalah dengan mudah. Namun, semua berubah setelah sang ayah divonis menderita penyakit multiple sclerosis yang menyerang sel saraf otak.

"Ia telah kehilangan semangat hidup. 'Kan aku kena penyakit ini, toh aku juga bakal mati'. Dia tak mau minum obat atau mengikuti terapi," kata Chris Pratt. Hal ini makin parah setelah Dan kehilangan kemampuannya berjalan.

Chris Pratt sangat memaklumi bahwa sikap ini muncul karena bagi sang ayah, makna dirinya diukur dari kemampuannya memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika hal ini musnah, ayahnya juga seperti kehilangan tujuan hidup. Puncaknya, sang ayah memilih berpisah dengan istrinya dan tinggal di panti.

Saat itu, ia, ibu, serta saudara perempuannya kerap merasa bersalah pada sang ayah karena mereka tak ada di sampingnya. "Tapi ia juga tak menginginkan kami di sana. Kurasa sebenarnya ia ingin kami di sana, tapi ia terlalu sombong untuk memperlihatkannya saat kami datang menjenguknya," katanya.

Ayahnya kemudian meninggal pada Juni 2014, saat Chris Pratt sedang sibuk syuting film Jurassic World. Namun karena merasa bertanggung jawab sebagai seorang aktor utama, ia kemudian memilih menekan perasaan sedihnya dalam-dalam. Akibatnya, menurut Chris, luka akibat kehilangan sang ayah menjadi sulit untuk pulih.

"Ada luka yang tak akan benar-benar bisa pulih. Mungkin ceritanya akan lebih bagus bila itu bukan pengalaman emosional yang seperti aku rasakan...Saat menghadapi kematian orangtua, kamu kadang menyesal karena tak menjaga baik-baik apa yang kau miliki," kata Chris Pratt.