Sukses

All Is Lost, Kisah Kakek Tua dan Ganasnya Laut

Perjuangan hidup di laut selalu menjadi tontonan yang tak kalah menarik untuk diceritakan di layar lebar.

Liputan6.com, Los Angeles, Amerika Serikat Di luar tema- tema survival yang kebanyakan berlokasi di daratan, sebuah perjuangan hidup di laut juga selalu menjadi tontonan yang tak kalah menarik untuk diceritakan di layar lebar. Tak melulu bercerita mengenai teror Hiu-hiu monster ala 'Jaws', badai dan ganasnya air laut juga tak pelak menjadi kengerian tersendiri bagi semua yang menontonnya.

Simak saja film-film seperti 'Titanic' (1997), 'Perfect Storm' (2000), 'Castaway' (2000), hingga 'Life of Pi' (2012) yang kesemuanya diganjar piala di ajang Academy Awards.

Nah, senada dengan empat film besar tersebut, sebuah pengalaman seru juga disuguhkan dengan tepat oleh sutradara J.C. Chandor melalui judul 'All Is Lost'. Dibintangi oleh Robert Redford yang sudah eksis sejak 1960, film tanpa dialog ini mampu mengulang ketegangan-ketegangan dari empat film di atas melalui muatan yang jauh lebih realistis.

Selain itu, lewat kesendirian serta pola pikir sang kakek yang mampu ditangkap dengan mudah oleh para penonton, film All is Lost juga berhasil membuat audiens larut dengan kebahagiaan serta keputus-asaan yang ditampilkan di sepanjang cerita.

Menyimak ceritanya, film All is Lost dibuka dengan seorang kakek tua yang terbangun dari tidur dan mendapati perahu yang tengah dinaikinya rusak akibat menabrak sebuah kontainer yang mengambang di tengah laut. Diwarnai langit kebiru-biruan serta laut yang tenang, cerita ini pun berjalan dengan memperlihatkan sang kakek yang sedang berusaha membenarkan layar serta bagian-bagian yang rusak.

Sayang, di saat itu terjadi, muncul pertanda kedatangan badai yang membuatnya harus bersiap-siap untuk mempertahankan hidupnya. Dan dari situ, tanpa dialog dan pengembangan cerita, diperlihatkanlah bagaimana perlawanan si kakek melawan keganasan laut.

Memulai start tanpa banyak cerita, film yang hanya menampilkan satu orang pemain ini berhasil menjauhkan penontonnya dari rasa bosan meski alurnya dibuat mengambang. Apalagi, setelah memasuki pertengahan cerita, kejutan demi kejutan terus dimunculkan hingga akhir.

Tak heran, tak hanya diganjar piala di ajang Academy Awards ke-86, All is Lost juga menjadi tontonan wajib bagi para penggemar survival. Bahkan, bila anda pernah menyaksikan film 'Life of Pi' karya Ang Lee pada 2012 lalu, apa yang ditampilkan sutradara 'Brokeback Mountain' di film tersebut hanya akan terasa seperti mimpi indah.

Diakui oleh salah seorang kritikus film, All is Lost, jauh lebih menegangkan dibandingkan film Perfect Storm. "Film ini lebih ngeri kemana-mana ketimbang adegan apapun di Perfect Storm." puji Entertaiment Weekly.

Baca juga:

Dallas Buyers Club, Perjuangan Besar Melawan HIV

Grand Piano, Ketika Satu Nada Sangat Berharga

Oo Nina Bobo, Ketika Lagu Pengantar Tidur Mengundang Petaka

300 Rise of an Empire! Gugur Leonidas, Tumbuh Seribu

Need For Speed 3D, Hilangnya Ketegangan Balapan Liar

Pompeii, Potret Amukan Gunung Vesuvius

Winter`s Tale, Ketika Iblis dan Malaikat Berebut Cinta

Endless Love, Kisah Cinta yang (Seharusnya) Menyentuh

12 Years a Slave, Drama Tragis Tanpa Basa-basi

RoboCop: Lebih Dramatis, Super Brutal...

The Wolf of Wall Street! Kisah Tentang Uang, Kokain dan Wanita

Fruitvale Station, Kisah Nyata Berdarah di Tahun Baru

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini